Toko Pasutri

Selasa, 06 November 2012

Pantaskah Selaput Dara Sebagai Ukuran Keperawanan?


Virginitas atau disebut juga keperawanan pada perempuan dan keperjakaan pada laki-laki masih sangat dijunjung tinggi. Masalahnya yang jadi ukuran keperawanan adalah selaput dara, sedangkan ukuran keperjakaan tidak pernah ada. Adilkah?

Perempuan selalu berada dalam posisi terpojokkan kalau sudah menyangkut virginitas. Jika definisi virgin adalah belum pernah berhubungan seks, selaput dara atau hymen sering jadi ukuran karena kondisinya akan terkoyak kalau sudah pernah dimasuki benda tumpul.

Memang dalam beberapa kasus, selaput dara yang begitu elastis bisa saja tidak terkoyak meski sudah berulang kali dipakai untuk berhubungan seks. Sebaliknya, ada juga yang koyak dengan sendirinya karena sebab lain misalnya karena sering bersepeda atau berkuda.

Dalam hal ini, laki-laki jauh lebih beruntung karena karena alat kelaminnya tidak akan pernah berubah selain karena disunat. Hubungan seks sesering apapun tidak akan ada bekasnya, kecuali sudah tertular penyakit kelamin seperti sifilis atau raja singa.

"Kalau ukurannya selaput dara, menjadi tidak fair karena pada laki-laki tidak ada yang bisa dibuktikan," tegas Dr Prima Progestian, SpOG, seksolog dari Brawijaya Women's Hospital saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Rabu (19/9/2012).

Menurut Dr Prima, saat orang bicara keperawanan maka yang jadi inti masalah adalah ada atau tidaknya hubungan seks pranikah. Kalau hanya untuk mengungkap hal itu, mengedepankan kejujuran dan saling percaya akan jauh lebih tepat dibanding melihat kondisi selaput dara.

Apalagi menurut Dr Prima, kondisi selaput dara pada zaman moderen ini sangat mungkin untuk dimanipulasi. Asal punya uang, selaput dara yang sudah koyak bisa dikembalikan jadi utuh dengan operasi yang disebut hymenoplasti atau sering disebut operasi mengembalikan keperawanan.

Lantas kenapa dalam organ reproduksi perempuan harus ada selaput dara kalau pada akhirnya hanya memicu ketidakadilan? Apakah ada tujuan tertentu sehingga pintu gerbang menuju rahim harus 'disegel' dengan benda tipis yang begitu mudah terkoyak?

Dr Prima menjelaskan, hingga kini fungsi selaput dara tidak pernah diketahui secara pasti. Namun beberapa teori mengatakan, ada kemungkinan selaput dara berfungsi untuk melindungi organ reproduksi perempuan pada tahap-tahap awal pertumbuhan.

Saat masih bayi, beberapa perempuan punya selaput dara yang benar-benar menutupi liang vagina sehingga benda asing tidak mungkin bisa lewat. Namun di usia 2-4 tahun, dengan sendirinya selaput dara itu membentuk lubang yang kelak menjadi saluran untuk mengeluarkan darah haid saat puber.

Koyaknya selaput dara karena berbagai sebab, baik hubungan seks maupun cedera tidak akan mempengaruhi sistem reproduksi. Kalau koyaknya karena berhubungan seks, maka yang akan lebih mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah aktivitas berhubungan seks itu sendiri.

Hubungan seks memiliki banyak risiko kesehatan jika dilakukan sembarangan. Seks pranikah misalnya, bisa memicu kehamilan tidak direncanakan dan kalau gonta-ganti pasangan bisa menularkan berbagai infeksi termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang hingga kini belum ada obatnya.

Baik untuk laki-laki maupun perempuan, hubungan seks memang sebaiknya dilakukan hanya dengan pasangan tetap atau resmi. Namun hendaknya bukan karena takut selaput daranya rusak saja, karena kalau hanya itu alasannya maka berarti anjuran itu tidak berlaku bagi laki-laki. Tidak adil bukan? Sumber.

BACA JUGA ARTIKEL BERIKUT INI:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Selaput Dara. Info Seputar Ibu Hamil, Anak, Bayi dan Balita...